Source: https://ko.wikipedia.org/ |
Pengantar
Liturgi
St. Yohanes Krisostomus adalah liturgi dalam ritus Byzantine yang banyak
digunakan oleh Gereja-gereja dengan ritus non Latin saat ini (1). Liturgi ini
merupakan pengembangan dari Liturgi St. Basil, yang juga merupakan pengembangan
dari Liturgi St. Yakobus Rasul. Penyebab modifikasi liturgi oleh kedua Santo
tersebut adalah karena dalam kapasitasnya sebagai gembala umat, St. Basil yang
adalah Metropolitan Kaesarea di Kapadokia dan St. Yohanes Krisostomus adalah
Patriark Konstantinopel, melihat sikap dan tanggapan umat serta para klerus
terhadap lamanya durasi Liturgi St. Yakobus. Proklus of Constantinople mencatat
terjadinya perubahan-perubahan liturgi tersebut:
§ "Saat Basil yang Agung . . . melihat kecerobohan dan menurunnya kinerja mereka dalam menanggapi lamanya durasi liturgi - dengan tidak berpikir bahwa liturgi itu terlalu lama - ia meringkas liturgi tersebut, sehingga mengurangi kelelahan para klerus dan asistennya." (2).
§ "Tak lama setelah itu, Bapa kita Yohanes Krisostomus, yang begitu memperhatikan keselamatan umatnya sebagaimana seharusnya seorang gembala, mempertimbangkan kecerobohan yang ada dalam sikap alami manusia, secara menyeluruh mencabut segala keberatan yang bersifat setani. Maka ia membiarkan sebagian besar bagian tetap dan menjadikan ringkas semua bagian [yang terlalu panjang] yang dapat membuat orang menjauh dari Institusi Ilahi dan Apostolik ini." (2).
Pengubahan liturgi itu bukannya tanpa
kecaman. St. Basil menerima kecaman dari para klerus Neo-Caesarea di Pontus,
Asia Minor yang mengkritik penggunaan kewenangannya untuk mengubah liturgi (3).
Namun tidak tercatat adanya penentangan terhadap liturgi St. Yohanes
Krisostomus walaupun di dalamnya terdapat penambahan dan pengurangan dari
Liturgi St. Basil.
Perbedaan antara Ketiga Liturgi
Liturgi St. Yakobus yang dijadikan dasar
pengubahan liturgi oleh St. Basil diyakini disusun langsung oleh St. Yakobus
Rasul Saudara Tuhan (3). Walaupun liturgi ini juga digunakan di Syria, namun
liturgi yang dikembangkan oleh St. Basil adalah bentuk Yunani dari Liturgi St.
Yakobus. Liturgi St. Yakobus tersebut terdiri dari bagian-bagian sebagai
berikut (3):
- § Doa persiapan oleh Imam dan Diakon;
- § Pembukaan kecil: Diakon mendoakan litani yang disambut dengan :Kyrie eleison" oleh umat, Imam berdoa pribadi;
- § Trisaigon (semacam "Tuhan Kasihanilah");
- § Bacaan-bacaan dari Perjanjian Lama dan Baru;
- § Doa oleh para katekumen, termasuk di dalamnya penghormatan terhadap salib yang diyakini bahwa praktek ini dilakukan setelah penemuan relikwi Salib Suci oleh St. Helena, diikuti oleh selesainya ibadat untuk para katekumen;
- § Setelah para katekumen bubar, Diakon meminta umat yang tinggal untuk saling menyapa agar saling mengenal sekaligus untuk meyakinkan bahwa semua katekumen telah meninggalkan ruangan;
- § Upacara pembukaan meriah: pemberkatan dupa, pengumandangan Cherubikon (pujian tentang para malaikat yang hadir dalam liturgi), sementara Imam melakukan doa pribadi lagi. Persembahan dibawa ke Altar.
- § Kredo. Diyakini bahwa yang dikumandangkan adalah Syahadat Para Rasul (Kredo Singkat);
- § Doa Persembahan dan litani;
- § Anaphora (semacam Doa Syukur Agung), pengucapan kalimat Institusi, Anamnesis (kisah sengsara singkat), Epiklesis (doa kepada Roh Kudus agar mengubah roti dan anggur menjadi TUbuh dan Darah Kristus). Tidak terdapat catatan tentang penggunaan iconostasis (tirai pemisah antara Imam dengan umat) pada Liturgi St. Yakobus awal;
- § Doa Suplikasi (doa umat meriah dengan litani, termasuk di dalamnya doa kepada Bunda Kudus yang ditujukan untuk menyikapi bidat Nestorian);
- § Doa Bapa Kami dengan pembukaan dan embolisme (semacam penutup);
- § Pengangkatan Hosti, pemecahan Hosti, Mazmur singkat;
- § Komuni;
- § Doa setelah Komuni
Dengan alasan yang telah disebutkan
sebelumnya, St. Basil membuat beberapa perubahan pada Liturgi St. Yakobus di
atas. Tidak terlalu jelas perubahan apa saja yang dilakukan oleh St. Basil (4)
namun St. Basil jelas melakukan perubahan, seperti yang dinyatakan oleh
beberapa teks termasuk teks oleh Proclus of Constantinopel di atas. Satu
perubahan yang pasti adalah ditambahkannya doa yang diucapkan Imam di Altar
untuk memohon perlindungan Allah (4).
Mengenai perubahan yang dilakukan St.
Yohanes Krisostomos, terdapat cukup catatan tentangnya. Perubahan tersebut
meliputi antara lain (3):
- § Dihilangkannya persiapan persembahan, pembukaan kecil dan meriah, serta Kredo;
- § Liturgi diawali dengan sapaan Imam, "Damai bagi semua," yang ditanggapi oleh umat dengan "dan juga bagi rohmu";
- § Bacaan dari kitab para nabi dan para rasul, diikuti pembacaan Injil oleh Diakon, dilanjutkan dengan homili oleh Imam;
- § Doa bagi ketekumen diikuti doa penitensi;
- § Doa bagi para terbaptis, diikuti pembubaran para katekumen;
- § Salam Damai;
- § Persembahan (di bagian ini terdapat perubahan yang ditambahkan oleh St. Yohanes Krisostomos): koor mengiringi Imam saat membawa persembahan menuju Altar;
- § Doa Persembahan. Disini St. Yohanes krisostomus mengkomposisi Doa Persembahan tersendiri yang merupakan ringkasan dari Doa Persembahan dalam Liturgi St. Basil;
- § Doa Kuduslah Tuhan;
- § Epiklesis;
- § Litani kepada para kudus;
- § Doa bagi mereka yang telah meninggal diikuti doa bagi umat;
- § Doxology Agung;
- § Doa Bapa Kami, diawali dengan litani singkat dan diakhiri dengan doxology;
- § Salam Damai (lagi);
- § Pengangkatan Hosti, diikuti Pemecahan Hosti dilanjutkan Komuni dua rupa dengan Darah Tuhan diminum dari piala;
- § Doa sesudah komuni.
Saat ini, Liturgi St. Yohanes
Krisostomus telah mengalami beberapa tambahan lagi selain dari yang disebutkan
di atas. Liturgi St. Basil pun, yang masih digunakan saat ini, juga mengalami
perubahan. Pemisahan antara liturgi bagi katekumen dan yang terbaptis diyakini
tidak dilakukan oleh St. Basil, namun merupakan penambahan setelah St. Basil
wafat.
Penutup
Liturgi yang digunakan dalam Gareja
adalah liturgi yang hidup, yang terus mengalami modifikasi dan penyesuaian (3).
Modifikasi dan penyesuaian ini dilakukan oleh gembala yang berwenang setelah
melihat adanya bahaya bahwa umat akan meninggalkan liturgi karena keterbatasan
alami manusia (misal: kepenatan dll). Dengan melakukan perubahan liturgi
tersebut, dapat dilihat bahwa Gereja, dalam hal ini pihak yang berwenang,
melakukan tugasnya sebagai gembala umat yang mengenal betul umat gembalaannya
dan mengusahakan berbagai cara agar kawanan gembalaannya tersebut tidak
tercerai-berai karena tidak kuat dengan tuntutan gembalanya yang mungkin
melebihi keterbatasan sifat-sifat alami kawanannya.
............
(1). "Catholic Rites and
Churches", http://www.ewtn.com/expert/answers/catholic_rites_and_churches.htm
(2). Proklius of Constantinople (... -
446) dalam "The Rite of Constantinople", http://www.newadvent.org/cathen/04312d.htm
No comments:
Post a Comment